Senin, 02 Desember 2013

Keteguhan Pram, Rekonsiliasi Basa-Basi


Sejarah Peristiwa 1965-1966 tentang G30S, keruntuhan Orde Lama, dan berdirinya Orde Baru, masih menyimpan kabut kelam hingga sekarang. Konflik ideologis antara USSR dengan USA, Blok Timur dengan Blok Barat, komunis dengan kapitalis, menjadi narasi besar dari pergolakan yang timbul di Indonesia masa itu (lihat Cribb, 2005; Ricklefs, 2005; Roosa, 2008; Aleida, 2009). Pergolakan ideologis ini juga muncul dalam dunia sastra. Ada dua kubu sastrawan yang meruncingkan wacana tentang dua paham kesusastraan Indonesia. Yang satu Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), didirikan oleh Njoto (Iramani), D.N. Aidit, M.S. Ashar, dan A.S. Dharta (Klara Akustia) dengan paham realisme sosialis, “politik adalah panglima”, “seni untuk rakyat”. Tokoh-tokohnya antara lain Agam Wispi, Putu Oka Sukanta, Rivai Apin, dan Pramoedya Ananta Toer. Yang satu lagi adalah kelompok Manifestasi Kebudayaan (Manikebu), yang digawangi Goenawan Mohamad, Taufiq Ismail, W.S. Rendra, Arief Budiman (Soe Hok Djin), H.B. Jassin, dan masih banyak lagi, dengan paham humanisme universal, “seni untuk seni” (Sambodja, 2010). Di luar kubu itu, masih terdapat sastrawan lain yang berafiliasi partai politik, seperti Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) underbow PNI yang dipimpin Sitor Situmorang, dan sastrawan-satsrawan independen seperti Ajip Rosidi (Budiman, 2006).
Rezim Orde Lama, Soekarno mendukung Lekra, melarang Manikebu karena dianggap menghambat revolusi yang belum usai. Rezim Orde Baru, berganti, Lekra dilarang karena dicap PKI oleh Soeharto, sedangkan Manikebu mendapatkan kebebasannya. Dalam gejolak politik yang demikian riuh, terdapat hal penting yang patut dicatat sejarah, yakni konstelasi karya sastra, sastrawan, serta hubungannya dengan situasi politik dan represi Orde Baru. Gambaran mengenai konstelasi itu diwakili oleh kehidupan dan keteguhan yang dimiliki seorang Pramoedya Ananta Toer.
Pram adalah sastrawan Lekra yang bukan komunis, namun tetap revolusioner. Mengarang karya-karya novel seperti Bumi Manusia, Gadis Pantai, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Banyak buku-bukunya dibakar dan dilarang terbit. Pernah pula dipenjara selama 14 tahun (1965-1979) oleh rezim Orde Baru karena dianggap terlibat dalam Peristiwa G30S. Di lain sisi, Pram dikatakan sebagai “sastrawan nomor wahid di Indonesia”, di mana “tanpa karyanya, seluruh dunia hampir-hampir tidak mengenal kehadiran kesusastraan Indonesia modern” (Teeuw, 1980). Pernah pula membuat kontroversi karena pada 19 Juli 1995 dinobatkan sebagai penerima anugerah Magsaysay di bidang jurnalisme, sastra, dan seni komunikasi kreatif dari Yayasan Ramon Magsaysay di Filipina.

Pramoedya Ananta Toer (6 Februari 1925 - 30 April 2006)
Pram bukanlah orang cengeng. Walau dipenjara, dia terus menulis dan melawan. Dia memiliki kepedihan yang mendalam kepada rezim Orde Baru, bukan karena dia dipenjara, namun karena karya-karyanya dibakar, dan rezim Orde Baru dengan angkuh berdiri di atas penderitaan orang-orang Tapol dan Eks-Tapol yang difitnah, dibunuh, dan dizalimi. Pram secara tegas tidak dapat memaafkan kejahatan-kejahatan itu begitu saja, walaupun Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sudah meminta maaf/mengupayakan rekonsiliasi, dan Goenawan Mohamad memintanya untuk memaafkan. Pram pun berpulang pada tanggal 30 April 2006. Keteguhannya untuk menolak rekonsiliasi terlihat dalam surat ini:

Surat Pramodeya Ananta Toer kepada Goenawan Mohamad

saya bukan nelson mandela
saya tidak memerlukan basa-basi
gampang amat gus dur minta maaf
dan mengajak rekonsiliasi

dia bicara atas nama siapa?
NU atau Presiden?
kalau NU, kenapa dia bicara sebagai presiden?
kalau presiden, kenapa DPR dan MPR dilewatkan?
biarkan DPR dan MPR yang bicara
tak usah presiden

yang saya inginkan adalah tegaknya hukum
dan keadilan di Indonesia
penderitaan kami adalah urusan Negara
kenapa DPR dan MPR diam saja?
saya tidak mudah memaafkan orang
karena sudah terlalu pahit menjadi orang Indonesia
basa-basi baik saja
tapi hanya basa-basi
selanjutnya mau apa?
maukah negara menggantikan kerugian
orang-orang seperti saya?

minta maaf saja tidak cukup
dirikan dan tegakkan hukum
semuanya mesti lewat hukum
harus jadi keputusan DPR dan MPR
tidak bisa begitu saja basa-basi minta maaf

ketika saya dibebaskan dari Pulau Buru
saya menerima surat keterangan
bahwa saya tidak terlibat G30S/PKI
namun setelah itu tidak ada tindakan apa-apa

saya sudah kehilangan kepercayaan
saya tidak percaya gus dur
saya tidak percaya goenawan mohamad
kalian ikut mendirikan rezim orde baru
saya tidak percaya dengan semua elite politik Indonesia
tak terkecuali intelektualnya
mereka selama ini memilih diam
dan menerima fasisme
mereka ikut bertanggung jawab atas penderitaan
yang saya alami
bertanggung jawab atas pembunuhan-pembunuhan orba

dalam hitungan hari, minggu, atau bulan
mungkin saya akan mati
karena penyempitan pembuluh darah jantung
basa-basi tak lagi menghibur saya

Catatan: Surat Pramodeya ini ditulis sebagai jawaban atas tulisan Goenawan Mohamad, “Surat Terbuka untuk Pramoedya Ananta Toer” yang dimuat di Majalah Tempo 3-9 April 2000, dan dimuat ulang dalam buku “Setelah Revolusi Tak Ada Lagi” (2004). Harian Kompas, 15 Maret 2000 menulis, “Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan, sejak dulu, ketika masih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), dirinya sudah meminta maaf terhadap korban Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).”
Surat dan catatan ini dikutip menyeluruh dari Asep Sambodja (2010) “Historiografi Sastra Indonesia 1960-an” terbitan bukupop, Jakarta.
Sungguh dalam kepedihannya, disiksa batinnya, dibohongi nalarnya. Walau begitu, Pram tetap memikirkan nasib kawan-kawan yang sepenanggungan dengannya. Ucapan maaf tak cukup. Menolak memaafkan karena caranya bukan demikian. Masih memercayai hukum dan keadilan, di tengah ketidakpercayaannya terhadap elite politik dan intelektual. Keteguhan Pram menolak rekonsiliasi yang basa-basi ini.

Kukusan, 2 Desember 2013
Langitantyo Tri Gezar

FISIP UI 2010

1 komentar:

  1. Play Free Slots & Casino Games - Mapyro
    Explore and win FREE SLOTS 밀양 출장안마 & 공주 출장마사지 CASINO GAMES! 경상북도 출장안마 Play online slots, table games & 광양 출장안마 more 군포 출장안마 free here at Mapyro! Find the best online slots for you!

    BalasHapus