Sejarah
Peristiwa 1965-1966 tentang G30S, keruntuhan Orde Lama, dan berdirinya Orde
Baru, masih menyimpan kabut kelam hingga sekarang. Konflik ideologis antara
USSR dengan USA, Blok Timur dengan Blok Barat, komunis dengan kapitalis,
menjadi narasi besar dari pergolakan yang timbul di Indonesia masa itu (lihat
Cribb, 2005; Ricklefs, 2005; Roosa, 2008; Aleida, 2009). Pergolakan ideologis
ini juga muncul dalam dunia sastra. Ada dua kubu sastrawan yang meruncingkan
wacana tentang dua paham kesusastraan Indonesia. Yang satu Lembaga Kebudayaan
Rakyat (Lekra), didirikan oleh Njoto (Iramani), D.N. Aidit, M.S. Ashar, dan
A.S. Dharta (Klara Akustia) dengan paham realisme sosialis, “politik adalah
panglima”, “seni untuk rakyat”. Tokoh-tokohnya antara lain Agam Wispi, Putu Oka
Sukanta, Rivai Apin, dan Pramoedya Ananta Toer. Yang satu lagi adalah kelompok Manifestasi
Kebudayaan (Manikebu), yang digawangi Goenawan Mohamad, Taufiq Ismail, W.S.
Rendra, Arief Budiman (Soe Hok Djin), H.B. Jassin, dan masih banyak lagi,
dengan paham humanisme universal, “seni untuk seni” (Sambodja, 2010). Di luar
kubu itu, masih terdapat sastrawan lain yang berafiliasi partai politik,
seperti Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) underbow
PNI yang dipimpin Sitor Situmorang, dan sastrawan-satsrawan independen seperti
Ajip Rosidi (Budiman, 2006).
Rezim Orde Lama, Soekarno mendukung Lekra, melarang Manikebu karena
dianggap menghambat revolusi yang belum usai. Rezim Orde Baru, berganti, Lekra
dilarang karena dicap PKI oleh Soeharto, sedangkan Manikebu mendapatkan
kebebasannya. Dalam gejolak politik yang demikian riuh, terdapat hal penting
yang patut dicatat sejarah, yakni konstelasi karya sastra, sastrawan, serta
hubungannya dengan situasi politik dan represi Orde Baru. Gambaran mengenai
konstelasi itu diwakili oleh kehidupan dan keteguhan yang dimiliki seorang
Pramoedya Ananta Toer.
Pram adalah sastrawan Lekra yang bukan komunis, namun tetap revolusioner.
Mengarang karya-karya novel seperti Bumi
Manusia, Gadis Pantai, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Banyak buku-bukunya dibakar dan dilarang terbit. Pernah pula dipenjara selama
14 tahun (1965-1979) oleh rezim Orde Baru karena dianggap terlibat dalam Peristiwa
G30S. Di lain sisi, Pram dikatakan sebagai “sastrawan nomor wahid di Indonesia”,
di mana “tanpa karyanya, seluruh dunia hampir-hampir tidak mengenal kehadiran
kesusastraan Indonesia modern” (Teeuw, 1980). Pernah pula membuat kontroversi
karena pada 19 Juli 1995 dinobatkan sebagai penerima anugerah Magsaysay di
bidang jurnalisme, sastra, dan seni komunikasi kreatif dari Yayasan Ramon
Magsaysay di Filipina.
Pramoedya Ananta Toer (6 Februari 1925 - 30 April 2006)
Pram bukanlah orang cengeng. Walau dipenjara, dia terus menulis dan
melawan. Dia memiliki kepedihan yang mendalam kepada rezim Orde Baru, bukan
karena dia dipenjara, namun karena karya-karyanya dibakar, dan rezim Orde Baru dengan
angkuh berdiri di atas penderitaan orang-orang Tapol dan Eks-Tapol yang
difitnah, dibunuh, dan dizalimi. Pram secara tegas tidak dapat memaafkan
kejahatan-kejahatan itu begitu saja, walaupun Presiden Abdurrahman Wahid (Gus
Dur) sudah meminta maaf/mengupayakan rekonsiliasi, dan Goenawan Mohamad memintanya
untuk memaafkan. Pram pun berpulang pada tanggal 30 April 2006. Keteguhannya
untuk menolak rekonsiliasi terlihat dalam surat ini:
Surat Pramodeya Ananta Toer kepada Goenawan
Mohamad
saya bukan nelson mandela
saya tidak memerlukan basa-basi
gampang amat gus dur minta maaf
dan mengajak rekonsiliasi
dia bicara atas nama siapa?
NU atau Presiden?
kalau NU, kenapa dia bicara sebagai presiden?
kalau presiden, kenapa DPR dan MPR dilewatkan?
biarkan DPR dan MPR yang bicara
tak usah presiden
yang saya inginkan adalah tegaknya hukum
dan keadilan di Indonesia
penderitaan kami adalah urusan Negara
kenapa DPR dan MPR diam saja?
saya tidak mudah memaafkan orang
karena sudah terlalu pahit menjadi orang Indonesia
basa-basi baik saja
tapi hanya basa-basi
selanjutnya mau apa?
maukah negara menggantikan kerugian
orang-orang seperti saya?
minta maaf saja tidak cukup
dirikan dan tegakkan hukum
semuanya mesti lewat hukum
harus jadi keputusan DPR dan MPR
tidak bisa begitu saja basa-basi minta maaf
ketika saya dibebaskan dari Pulau Buru
saya menerima surat keterangan
bahwa saya tidak terlibat G30S/PKI
namun setelah itu tidak ada tindakan apa-apa
saya sudah kehilangan kepercayaan
saya tidak percaya gus dur
saya tidak percaya goenawan mohamad
kalian ikut mendirikan rezim orde baru
saya tidak percaya dengan semua elite politik
Indonesia
tak terkecuali intelektualnya
mereka selama ini memilih diam
dan menerima fasisme
mereka ikut bertanggung jawab atas penderitaan
yang saya alami
bertanggung jawab atas pembunuhan-pembunuhan orba
dalam hitungan hari, minggu, atau bulan
mungkin saya akan mati
karena penyempitan pembuluh darah jantung
basa-basi tak lagi menghibur saya
Catatan:
Surat Pramodeya ini ditulis sebagai jawaban atas tulisan Goenawan Mohamad, “Surat
Terbuka untuk Pramoedya Ananta Toer” yang dimuat di Majalah Tempo 3-9 April
2000, dan dimuat ulang dalam buku “Setelah Revolusi Tak Ada Lagi” (2004).
Harian Kompas, 15 Maret 2000 menulis, “Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan, sejak dulu, ketika masih menjadi Ketua
Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), dirinya sudah meminta maaf terhadap
korban Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).”
Surat
dan catatan ini dikutip menyeluruh dari Asep Sambodja (2010) “Historiografi Sastra Indonesia 1960-an”
terbitan bukupop, Jakarta.
Sungguh
dalam kepedihannya, disiksa batinnya, dibohongi nalarnya. Walau begitu, Pram
tetap memikirkan nasib kawan-kawan yang sepenanggungan dengannya. Ucapan maaf
tak cukup. Menolak memaafkan karena caranya bukan demikian. Masih memercayai
hukum dan keadilan, di tengah ketidakpercayaannya terhadap elite politik dan
intelektual. Keteguhan Pram menolak rekonsiliasi yang basa-basi ini.
Kukusan, 2 Desember 2013
Langitantyo Tri Gezar
FISIP UI 2010
Play Free Slots & Casino Games - Mapyro
BalasHapusExplore and win FREE SLOTS 밀양 출장안마 & 공주 출장마사지 CASINO GAMES! 경상북도 출장안마 Play online slots, table games & 광양 출장안마 more 군포 출장안마 free here at Mapyro! Find the best online slots for you!