Oleh : Langitantyo Tri Gezar
Kelompok T, Ilmu Komunikasi FISIP UI 2010
Pada video tersebut, dapat diperhatikan
penjelasan oleh para ahli Amerika mengenai peranan keluarga dalam perubahan
sosial yang terjadi dan semakin dinamis dari masa ke masa. Hal ini sangat
menarik untuk diamati, karena keluarga sebagai agen sosialisasi pertama dan
terdekat seharusnya dapat memberikan nilai-nilai yang sesuai dengan yang
diharapkan oleh masyarakat kepada anak-anaknya, namun keluarga juga berperan
sebagai benteng atau penyaring nilai-nilai di masyarakat yang sampai kepada
anak-anaknya, disebabkan tidak semua nilai-nilai dalam masyarakat itu baik.
Hubungannya dengan perubahan sosial,
bahwa konsep keluarga sendiri, dari masa ke masa sudah berubah. Konsep keluarga
yang umumnya timbul adalah terdiri dari orang tua dan anak saja. Namun
sebenarnya konsep tersebut belum menyeluruh. Keluarga dapat terdiri dari
anggota-anggota yang lebih luas, yakni juga terdiri dari kakek, nenek, paman,
bibi, sepupu, cucu, bahkan hewan peliharaan. Selain itu anggota-anggota
keluarga, yang esensial, tidak harus terikat pada garis keturunan maupun hubungan
darah yang sama. Kenyataan yang ada, banyak orang-orang yang melakukan adopsi,
atau pada keluarga di Barat, keluarga yang tidak terikat pernikahan sekalipun,
menyebut diri mereka keluarga. Mari kita lihat fungsi-fungsi keluarga, antara
lain fungsi afeksi (kasih sayang), perlindungan, sosialisasi, ekonomi
(pemenuhan kebutuhan), dan biologis (meneruskan keturunan). Maka hubungan
orang-orang di atas tidak berlebihan jika tetap disebut sebagai sebuah keluarga
yang utuh, karena dapat memberikan fungsi-fungsi yang diinginkan.
Lalu diperlihatkan juga proses
sosialisasi kepada anak, kegiatan yang terjadi dalam keluarga, dan peranan tiap
anggota keluarga, yang mulai bergeser jika dibandingkan dengan yang terjadi
dahulu. Dahulu, hubungan antara anak dan orang tua lebih tersegmentasi. Karena
usia dan peranan yang sangat berbeda, seorang anak harus lebih hormat kepada
orang tua mereka. Anak-anak harus membantu pekerjaan rumah tangga orang tuanya.
Di masa sekarang, hal itu sudah tidak menjadi perhatian utama. Dahulu, seorang
anak pada usia 10-15 tahun sudah diberikan tanggung jawab yang besar untuk
membantu orang tuanya. Sekarang, anak usia tersebut memang juga dituntut
mandiri, namun dengan cara yang lain. Contohnya anak mandiri dalam berkegiatan
di sekolah dan menyelesaikan masalah pribadinya.
Selanjutnya peranan seorang ibu
ataupun ayah dalam keluarga sekarang sudah tidak sama dengan dulu. Perubahan
ini dilihat dari peran awal ibu yang hanya mengurus keperluan rumah tangga dan
ayah yang keluar rumah untuk bekerja mencari nafkah. Ini menyebabkan interaksi
keluarga dan ketahanan ekonomi untuk menjaga keutuhan keluarga minim. Melihat
pola peran ibu-ayah sekarang, yakni Ibu lebih bebas untuk bekerja di luar
seperti ayah, dan Ayah bergantian mengurus keperluan rumah tangga seperti Ibu,
memberikan interaksi yang lebih positif serta ketahanan keutuhan keluarga yang
lebih kuat. Hubungan peran pertama, dalam sebuah penelitian menunjukkan tingkat
perceraian yang lebih tinggi dibandingkan hubungan peran kedua. Hal ini disebabkan
interaksi dan ketahanan keutuhan keluarga yang lebih rapuh pada hubungan peran
pertama dibandingkan hubungan peran kedua.
Terakhir, ditunjukkan pola keluarga
dalam ikatan antarbudaya. Diambil contoh keluarga, yang Sang Ibu berasal dari
barat dengan Ayah yang berasal dari Asia. Sang Ibu maupun Ayah tentunya dari
awal sudah memiliki nilai budaya yang berbeda, namun yang terjadi mereka tetap
berkomitmen untuk membentuk sebuah keluarga. Mereka sudah memiliki seorang anak
yang lucu, dan pernikahan ini mampu menyatukan dua keluarga besar dari budaya
yang berbeda. Keluarga antarbudaya ini juga menarik untuk diamati lebih lanjut,
bila dibahas berkenaan dengan pola interaksi, pembagian peran yang terjadi, dan
proses sosialisasinya kepada anak.
-- Video dapat diunduh di www.scele.ui.ac.id dan www.youtube.com --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar