Sabtu, 29 Agustus 2015

Kepompong yang tak Kunjung Berkembang


Apakah kau tahu tentang kisah seekor kepompong yang tak kunjung berkembang?
Mari aku ceritakan.

Di sebuah belantara yang tak pernah padam,
dengan perjuangan dan kebengisan,
kepompong ini tumbuh.
Berawal dari ulat kecil yang polos dan bodoh,
ia sendirian memintal dirinya dengan benang ketidaktahuan.
Dimana teman-temannya memintal dengan benang harapan dan kepastian.
Ia hanya seekor ulat yang polos dan bodoh,
menjadi kepompong yang mudah dilupakan.

Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun.
Satu per satu kepompong berkembang,
menjadi kupu-kupu anggun yang penuh harapan.
Warna-warni membawa ide akan masa depan,
untuk sekitarnya, atau hanya untuk diri seorang.
Mereka terbang menantang dunia yang fana.

Tak lama kemudian, kupu-kupu ini berguguran.
Ada karena terik mentari kepalsuan,
sengat ketidaktahudirian,
atau asap industri kebatilan.
Warna-warninya punah dirundung zaman,
walau beberapanya terbang ke masa depan yang benderang.

Lalu bagaimana dengan ulat kecil yang polos dan bodoh itu?
Ia hanya menjadi kepompong yang tak kunjung berkembang.

(Kukusan, 29 Agustus 2015)