Sabtu, 23 Juni 2012

Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik

Oleh : Langitantyo Tri Gezar, Ilmu Komunikasi FISIP UI 2010

PAHAM KELEMBAGAAN
— Unsur-Unsur Analisa Kelembagaan
Orientasi kelembagaan berusaha mewujudkan pemecahan universal dengan menerjemahkan cita-cita libertarian ke dalam pemerintahan perwakilan. Tiada satupun teori atau konsep yang pasti atau permanen, begitu pula tiada satupun pemecahan yang tuntas. Di kala kebutuhan, kewajiban, dan hak kita berubah, tanggung jawab negara kepada warganegaranya juga berubah. Ide-ide pemecahan politik diperbarui lagi dan lembaga-lembagaa dimodifikasi. Jadi paham kelembagaan menaruh perhatian pada bagaimana cita-cita politik yang berkembang dalam sejarah politik Barat dijelmakan dalam hubungan-hubungan khusus antara penguasa dan rakyat. Lembaga politik yang paling banyak diketahui adalah badan-badan pemerintah. Ada badan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan juga partai politik. Lalu ada dua bentuk pemerintahan perwakilan utama yaitu presidensiil dan parlementer, yang di sini diuraikan dalam sistem terbuka.

Ide-Ide Generatif Kelembagaan
Dalam demokrasi, pemakaian kekuasaan harus sesuai dengan patokan-patokan kewajaran dan keadilan yang tercemin dalam hukum. Masalah utama pendekatan ini adalah ketertiban dan kedaulatan. Ada dua cara membentuk lembaga yang tepat, yaitu evolusi dan revolusi. Lalu dibahas tentang kebijaksanaan publik dan konstitusi.

Lembaga-Lembaga Pemerintahan
Kutipan John Stuart Mill mengenai kekuasaan dan pemerintah. Asas pertama agar konstitusi berjalan adalah persaingan, kedua adalah pengawasan dan penyeimbangan. Cara kerjanya yakni pemisahan kekuasaan dan pengawasan parlemen terhadap eksekutif.

Badan-Badan Pemerintahan
Negara Federal adalah negara yang membagi wewenang ke antara negara bagian. Negara Kesatuan adalah negara dengan wewenang terpusat. Selanjutnya dalam pemerintahan demokratis, seluruh proses pembuatan undang-undang membutuhkan perundingan terus menerus, di antara badan legislatif, serta antara badan legislatif, eksekutif , dan yudikatif. Tiap badan dijelaskan terperinci.

Akar-Akar Pemerintahan 
Partai politik merupakan mata rantai yang menghubungkan publik dan pemerintah, lalu melakukan daya saing, tawar menawar, dan negosiasi. Ada Partai pemecah, partai sel, kemudian partai demokratis yang bersifat majemuk, dan partai totaliter yang monopolistis. Lalu dijelaskan kelompok dan kelompok penekan. Dibahas arti lobby, penjelasan mengenai pegawai sipil, dan sistem-sistem pemilihan (istilah first-past-the-post, weighted voting, gerrymandering, perwakilan proporsional, sistem Hare, dan list system, serta d’Hondt rule, juga greatest remainder system).

Model-Model Kelembagaan
Lembaga secara bersama membentuk pemerintahan perwakilan. Diperlihatkan diagram hubungan tingkat partisipasi dan desentralisasi unit, dengan titik monistis dan pluralistis. Kemudian dijabarkan pembahasan tipologi institusionalis, yakni pengembangan rezim atau sistem-sistem pemerintahan secara terperinci. Ada sistem politik totaliter, otoriter, dan demokratis—presidensiil dan parlementer.

Dilema institusional yang terjadi adalah ciri ganda demokrasi, mencegah masyarakat dari kemandekan dan mempromosikan masyarakat yang seimbang. Unit dan partisipasi terlalu banyak, persetujuan menjadi sulit. Maka muncul pemecahannya, yakni ada kekerasan dan juga promosi kesempatan sehingga meningkatkan kepuasan rakyat. Kekurangan yang penting teori institusional terletak pada penanganannya terhadap masalah pembangunan ini.

— Paham Kelembagaan dan Pemerintahan Demokratis
Tradisi Demokratis
Dibahas model masyarakat dan filosof. Berikutnya model institusionalis yang  memperhitungkan kedaulatan rakyat, kompetisi pemilihan, dan partai politik. Selanjutnya dikutip tulisan Lord Bryce (1920) yang dikaitkan dengan ajaran Machiavelli.

Asas-Asas Konstitusi dan Praktik Politik
Di sini terjadi komparasi antara pemerintahan Inggris dan Amerika. Dijelaskan lebih lanjut tentang model parlementer dan model presidensiil. Dikutip pula beberapa pendapat ahli.

Memelihara Keseimbangan
Ditulis penjabaran pengawasan terhadap eksekutif, perbandingan sistem pemerintahan Inggris dan Amerika mengenai penyeimbangan, dan peranan kabinet.

Fungsi-Fungsi Badan Pembuat Undang-Undang Perwakilan
Disebutkan fungsi-fungsi legislatif. Lalu dijelaskan lebih lanjut tentang parlemen Inggris, yaitu Majelis Rendah dengan single-member constituency, dan juga parlemen Amerika, Serikat House of Representatives, yang lebih lanjut dihubungkan dengan penjelasan komite-komite yang ada (Select Commissions dan Komite ad-hoc).

Aparat Kedaulatan Rakyat
Di sini lebih dalam dijelaskan dari aspek historis tentang situasi keberadaan partai-partai politik dalam pemerintahan di Inggris dan Amerika Serikat serta perbedaan-perbedaannya. Dari situ muncul kelompok kepentingan dan kelompok penekan yang kembali dijelaskan, beserta pegawai sipil. Sekali lagi, sistem pemilihan menjadi sorotan penting dalam bab ini.

Kekuatan dan Kelemahan Paradigma Institusional
Tradisi Institusionalis adalah tradisi reformasi secara terus menerus. Namun kenyataannya, kaum institusionalis mengandaikan bahwa penanganan urusan pemerintah yang lambat pada akhirnya merupakan cara terbaik untuk mempertimbangkan sebanyak mungkin pandangan. Kaum ini cenderung menerima begitu saja banyaknya hal yang diurus pemerintah.

Masalah-masalah pembaruan institusional, radikalisme, dan ancaman-ancaman terhadap stabilitas lembaga-lembaga demokratis tidak pernah dikemukakan secara serius di Inggris maupun Amerika Serikat. Tetapi tidak satupun orang tahu sampai kapan lembaga-lembaga yang telah mengabdi dengan cukup baik sampai saat ini akan tetap sama dalam menghadapi tugas-tugas di masa mendatang.

Koneksi Perancis
Muncul kritik mengenai Perancis yang pemerintahannya dianggap tidak efektif dan terpecah belah. Revolusi yang terjadi tidak banyak menimbulkan perubahan berarti serta dengan hasil mengecewakan. Perancis adalah contoh asli demokrasi parlementer (Chamber of Deputies) yang tidak stabil. Tidak ada konsensus rakyat. Masyarakat mandek seharusnya diubah. Lalu dibanding-bandingkanlah dengan sistem parlemen Inggris. Namun perkembangannya, pembagian lama yang bertahan lambat laun mencair dengan bentuk baru yang lebih kompleks.

Lembaga-Lembaga Totaliter Lawan Lembaga-Lembaga Demokratis
Dibahas lebih dalam tentang libertarian dan perkembangan demokrasi pasca Perang Dunia I yang semakin kecil. Makna lembaga tidak dikembalikan tuntas, namun divariasikan. Tiap paham menonjolkan dirinya. Kaum institusionalis menaruh perhatian pada pembaruan sebagai sarana untuk menyempurnakan demokrasi.

BEHAVIORALISME
— Pendapat Umum dan Tingkahlaku Politik
Kaum institusionalis mengetahui bahwa, meskipun sistem pemilihan penting, namun bentuk institusi-institusi tidak dengan sendirinya menentukan jalannya suatu sistem. Behavioralisme memalingkan perhatian mereka dari sistem-sistem politik untuk mengamati tindakan politik individual. Perhatian utamanya pada hubungan antara pengetahuan politik dan tindakan politik. Pendekatan behavioral memperhitungkan faktor-faktor sosialisasi, cara internalisasi nilai, dan perubahan pandangan.

Akar Intelektual Paham Tingkahlaku
Filsafat pragmatis William James (1842-1910) menekankan empirisme, voluntarisme, tindakan individual, serta hubungan kesadaran dan tujuan. John Dewey (1859-1952) membangun filsafat praktis pada observasi pengalaman. Istilah behavioralisme oleh John B. Watson (1878-1958), proses belajar sebagai hasil pengamatan hubungan dorongan dan tanggapan. Behavioralis lebih condong kepada filsafat ilmu. Pandangan behavioral tidak historis dan non-evolusioner.

Institusionalis mewariskan kekosongan filosofis, memperhatikan sarana ketimbang tujuan. Behavioralisme menelaaah masalah ‘mengapa’ dari politik dengan menelaah tindakan individual. Mendukung paradigma ilmu eksakta dengan doktrin positivisme. Saint-Simon menekankan metode ilmiah. Dan sebagian lagi terkait eksperimentalisme dan filsafat ilmu yang berusaha menyatukan prinsip ilmu tingkahlaku manusia dan menghubungkan politik dengan teori sistem.

Tingkahlaku Sebagai Aksi Lawan Metafisika
Deduksi behavioral hasil generalisasi seksama berdasar observasi metode eksplisit, empiris, induktif, matematis, dan statistik melalui wawancara dan sampling, yang menunjukkan keteraturan tingkahlaku. Behavioralis bekerja dari bawah ke atas.

Mazhab Chicago:
1. Menggeser tekanan perhatian menjauhi ideal dan institusi politik kepada penelaahan sepakterjang individual dan kelompok.
2. Lebih mendukung paradigma ilmu eksakta ketimbang paradigma normatif.
3. Menyukai penjelasan tingkahlaku dari teori proses belajar dan motivasi ketimbang model kekuasaan institusional.
4. Dua garis penyelidikan baru: distribusi sikap, kepercayaan, pendapat, dan preferensi individu; serta model proses belajar masyarakat.

Agregat Demokratis dan Pendapat Umum
Kaum behavioralis memiliki anggapan sama dengan kaum institusionalis bahwa rakyat pada akhirnya merupakan wasit untuk kekuasaan. Dijelaskan pandangan Walter Lippman mengenai tindakan publik, dan Platonis. Pandangan orang pesimis, serta masalah behavioral tentang pendapat umum. Behavioralisme memusatkan perhatian pada masalah faktor kemasyarakatan. Masyarakat yang memperbaiki dirinya sendiri. Diteruskan dengan penjelasan masalah dan pertanyaan lainnya.

Tugas kaum behavioral mendefinisikan kembali hubungan individu dan kelompok pada umumnya, dengan berbagai kelompok pada khususnya. Sejumlah besar pertanyaan politik behavioral berada di antara asumsi Lippman dan Merriam. Bukti empiris untuk jawaban dari ukuran gerakan penduduk, mobilitas sosial, perubahan hubungan kelas, kesempatan kemasyarakatan, perbaikan pendidikan, dan efek semuanya terhadap cara partisipasi baru, komitmen ideologis, serta afiliasi.

Memotivasi Kepentingan Sendiri
Perhatian behavioral karena rasa tidak percaya terhadap pendapat umum. Lowell menamakan pendapat umum sebagai kekuatan penggerak demokrasi. Kemudian ada analogi “permainan politik” Key, kepentingan diri sendiri sebagai penggerak penting politik. Dipaparkan lebih lanjut mengenai ini, dan dalam fungsi politik behavioral Key, manfaat kelompok menentukan kepentingan individu yang kemudian dipromosikan organisasi politik. Selanjutnya dijelaskan tentang model-model proses belajar, aspek-aspek ideologi, serta pendapat umum lawan ideologi dengan panjang lebar.

Sistem-Sistem Keyakinan
Disebutkan kendala-kendala terhadap keyakinan. Lalu penjelasan orientasi-orientasi nilai dalam grafik hubungan ideologi (nilai, kepentingan, pilihan) dengan kooperasi, kompetisi, dan konflik. Lalu dilampirkan tabel beserta penjelasan tentang proporsi sampel dan pemilih ideolog, near-ideologuess, kepentingan kelompok, nature of the times, dan no issue content.

Ideologi Sebagai Tingkah Laku Politik
Komponen ideologi adalah kepentingan, nilai, dan pilihan. Ideologi teoritis lawan ideologi praktis dijelaskan dengan analisa behavioral Putnam, komentar Bell, dan fakta yang digambarkan Robert Lane. Berikutnya terkait dimensi-dimensi kebudayaan politik yang diutarakan Converse serta Almond & Verba yang dijelaskan dengan perbandingannya di berbagai negara. Dilanjutkan kajian Herbert McClosky.

— Model-Model Behavioral dan Tindakan Politik
Kaum behavioralis tidak menolak konsep institusionalis begitu saja. Mereka berusaha meminta perhatian pada metode empiris dan teknik pengumpulan data untuk menentukan kegiatan politik. Kalau model institusionalis menggolongkan negara ke dalam pemerintahan monarki, oligarki, atau demokrasi, model behavioral sama seperti ahli psikologi dan ekonomi, mencerminkan kebutuhan dan prioritas orang-orang. Dengan perspektif itu, tujuan ilmu politik berubah. Dari yang bersifat tradisional terhadap tujuan moral dan idealisme berubah mendadak. Kaum behavioralis menanggapi celaan analis politik filosofis dan institusionalis dengan kilah positivistis. Timbul berbagai perdebatan oleh ilmuwan-ilmuwan. Teori politik behavioral semakin disebarluaskan karena pembaruan kelembagaan tidak berhasil memecahkan masalah tertentu yang dihadapi pemerintahan.

Teori Sistem Umum
Dituliskan penjabaran model kegunaan (utility), model psikologi, pengertian keseimbangan politik, dan pernyataan David Easton mengenai pendekatan sistem umum. Serta paradigmanya oleh James G. Miller, yang kesemuanya dihubungkan dengan input informasi dan ouput energi yang hubungannya bersifat transformasi.

Model Kegunaan Sebagai Sebuah Sistem Politik
Dicantumkan model politik Easton yang disederhanakan dalam hubungan sistem politik dan lingkungan yang diteruskan melalui input dan output. Lalu diperlihatkan pula model kegunaan, pertemuan antara grafik keuntungan potensial dan tuntutan efektif dalam kegunaan dan kebijaksanaan publik beserta contoh-contohnya.

Model-Model Psikologi
Kedua model sebelumnya bersama-sama merupakan faktor obyektif versus faktor subyektif dalam politik behavioral. Teori psikologi mempergunakan variabel independen dan intervening. Kemudian diikutkan pembahasan model stimulus-response (S-R) dalam gambar model agresi proses belajar.

Perbandingan Model-Model
Kedua model dapat digunakan terpisah atau bersama-sama, karena menghampiri masalah dari sudut berlainan. Terdapat kontradiksi menarik antara keduanya, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendesak, yang kembali pada cara ilmuwan behavioral menghadapinya.

Sosialisasi
Salah satu masalah behavioral terpenting adalah sosialisasi atau proses belajar bermasyarakat. Terdapat pola keseluruhan interpersonal transference. Disebutkan dengan jelas tahapan-tahapan sosialisasi ini. Seterusnya terdapat konsistensi dan pemaparan sosialisasi masa kanak-kanak dan model-model sosialisasi (accumulation model, interpersonal transfer model, identification model, dan cognitive-development model). Terakir dihubungkan tahapan ini dengan tindakan-tindakan.

Sifat Sok Menonjol
Didefinisikan isu-isu terkait hal ini, yang lalu dilampirkan dalam gambar hubungan antara sosialisasi dan orientasi politik dengan sifat sok menonjol ini, juga dengan tingkahlaku menyesuaikan diri. Kemudian dijadikan persamaan oleh Greenstein dalam pembahasan kecenderungan.

Kebudayaan Politik dan Kepribadian Pemberi Wujud
Untuk menjawab pertanyaan yang timbul, riset behavioral diuji berdasar isolasi sifat otoriter dan dengan mengukur kelompok sifat universal atau culture-free yang ukurannya disebut skala-F. Selanjutnya dijelaskan juga tentang kajian orisinal mengenai kepribadian otoriter oleh T.W. Adorno dan doktrin Sigmund  Freud.

Tingkah Laku Menyeluruh dan Kekerasan
Hal terakhir dibahas tentang kerugian relatif, keganjilan kedudukan (status incongruity), serta hipotesa kurva-J yang menggambarkan suatu sindrom atau pola revolusioner (James C. Davies). Bagaimanapun, teori pluralisme modern mengarahkan diri kepada masalah menengahi ekstrem-ekstrem, berusaha menemukan jawaban sebagian terhadap ketegangan yang dibahas ketimbang jawaban menyeluruh.

Daftar Pustaka
Apter, David E.. 1996. Pengantar Analisa Politik. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

2 komentar:

  1. menurut saya ada yang kurang dalam pendekatan di artikel ini, tetapi saya punya referensi yang mungkin saja dapat membantu melengkapi artikel ini http://www.jurnaliscun.net/2016/04/berbagai-pendekatan-dalam-ilmu-politik.html

    BalasHapus
  2. Teori institusional seni menyatakan ada lima elemen yang dipandang menentukan terbentuknya praktik seni, yaitu: seniman, karya seni, publik, medan sosial seni, dan sistem dalam medan sosial seni. Secara spesifik masing-masing elemen tersebut dijelaskan sebagai KONSTRUKTIVIS INSTITUSIONALIS POKER

    BalasHapus